Masih ingat anekdot
bahwa pada dasarnya aturan perusahaan hanya ada 2 pasal?
Pasal pertama berbunyi
bahwa atasan selalu benar. Pasal kedua, apabila atasan melakukan kesalahan maka
kembali ke pasal pertama.
Memang anekdot itu hanya
gurauan, namun dalam realitasnya saya sendiri menemui fakta di lapangan bahwa
atasan adalah figur otoritas yang cenderung bersikap tidak boleh dibantah.
Contohnya, saat saya menyusun job description di beberapa perusahaan besar,
sebagai seorang konsultan saya sering diminta oleh para manager untuk
menambahkan 1 point dalam job description, yaitu “melaksanakan pekerjaan sesuai
perintah atasan”. Ini adalah point “sapu jagad” yaitu point yang apapun dan
bagaimana pun kondisinya, karyawan harus tetap bekerja sesuai dengan instruksi
atasan.
Sebelum kita buru-buru
menghakimi sikap “diktator” atasan, tidak ada salahnya kita memahami hal ini
dari perspektif atasan.
Alasan yang dikemukakan
oleh para atasan kepada saya sederhana, karena karyawan bekerja seperti robot,
hanya memakai “kacamata kuda”. Mereka tidak peduli pada pekerjaan yang tidak
tercantum dalam job description meskipun pekerjaan itu pekerjaan bersama dan
berdampak langsung pada kinerja tim.
Anda mengalami hal ini
pada tim anda? Menambahkan point sapu jagad bukanlah solusi. Permasalahan ini
justru menguji kapabilitas anda sebagai leader yang dituntut dapat mempengaruhi
bawahan anda.
Bagaimana langkah bijak
menghadapi kondisi demikian?
Pahami apa yang menjadi
penyebab karyawan enggan mengerjakan pekerjaan diluar yang tercantum dalam job
description? Kemungkinan ada beberapa penyebab:
- Karyawan
tidak mengerti jika ada pekerjaan lain yang terkait dengan job description yang
sebaiknya diselesaikan karena ia belum memiliki pengalaman yang cukup dalam
bekerja.
- Karyawan tidak
mengerti karena baru pindah dari perusahaan lain dimana perusahaan sebelumnya
tidak menerapkan kebiasaan mengerjakan hal-hal diluar job descriptionnya.
-Karyawan merasa
bahwa pembagian kerja di tim tidak adil. Ia merasa bahwa pekerjaan yang sudah
tertuang di job description sudah cukup banyak dan rekan yang lain terkesan
kelebihan pekerjaan karena kurang cakap dalam bekerja.
- Karyawan tipe
orang yang reaktif, bukan proaktif .
Didikan keluarga dan
budaya masyarakat seringkali membentuk pribadi seseorang menjadi pribadi yang
reaktif dan bukan proaktif menyelesaikan masalah. Proses coaching untuk
mengubah mindset tentu membutuhkan waktu, namun pastikan akan memberi pujian
setiap kali karyawan bersikap proaktif. Ini dibutuhkan untuk penguatan perilaku
yang baru.
- Karakteristik
karyawan yang cenderung malas
Dalam menentukan target
tim tentunya kita juga menyusun target individu untuk setiap bawahan kita.
Pastikan bahwa saat kita menentukan targetnya, kita sudah mengukur dan
mengembangkan kompetensi setiap bawahan agar dapat mencapai target tersebut.
Monitoring berkala yang
intensif perlu dibangun. Berikan batasan waktu untuk perubahan perilaku.
Menerapkan system ganjaran dan hukuman sangat efektif untuk membentuk perilaku
baru pada pribadi karyawan seperti ini.
Kesimpulannya, mengubah
isi job description dengan menambahkan point yang tidak relevan dengan
metodologi pengambilan datam bukanlah solusi atas permasalahan; tetapi mengubah
karyawan adalah solusi yang efektif.