Beberapa tahun lalu penulis pernah ditanya, "Mana yang
lebih berbahaya, orang cerdas yang susah nurut atau orang dengan kemampuan
terbatas yang penurut?" .
Benar, jawaban yang tepat adalah jawaban yang kedua.
Mengapa? Karena mereka yang cerdas dan susah menurut adalah
mereka yang memiliki konsep dan barangkali ingin mengimplementasikan konsepnya
sendiri, bukan konsep orang lain.
Sedangkan mereka yang dengan kemampuan terbatas, saat berbuat
kesalahan yang direkayasa oleh yang lain, bisa jadi dia akan konsisten untuk
melakukan kesalahan tersebut. Ini berbahaya perusahaan. Untuk memastikan semua aktifitas operasional perusahaan berjalan
konsisten, maka dibuatkan dokumen yang dikenal dengan nama SOP, Standar Operating
Procedure.
Tantangan di dalam SOP bukan pada proses pembuatannya, yang bisa
dikerjakan oleh siapa pun dengan logika berpikir yang jernih dan sistematis'
tantangannya pada implementasi SOP.
Mengkomunikasikan isi SOP bisa dilakukan dalam waktu 1-2 jam,
namun memastikan implementasi berjalan dengan baik, sampai menjadi satu
kebiasaan, akan butuh waktu dalam minggu atau bulan.
Bagaimana jika kita menghadapi karyawan yang selalu konsisten
melakukan kesalahan meski sudah dibekali pemahaman tentang SOP?
Ada baiknya kita identifikasi terlebih dahulu apa masalahnya,
ada beberapa kemungkinan penyebab, antara lain:
1. Karyawan tidak tahu apa gunanya melaksanakan pekerjaan sesuai
SOP.
Untuk mengatasi hal ini, sampaikan kepada karyawan betapa pentingnya
ia harus bekerja sesuai SOP dan bagaimana akibatnya terhadap departemen lain
jika ia tidak bekerja sesuai SOP. Ajaklah ia mengobservasi kegiatan di
departemen lain agar ia melihat sendiri bagaimana dampak buruk yang ia ciptakan
jika tidak mengikuti SOP.
2. Karyawan tidak tahu bagaimana cara melaksanakan SOP yang
sudah ditetapkan.
Bukan tidak mungkin karyawan menolak bekerja sesuai SOP bukan
karena ia ingin menolak tetapi karena ia tidak tahu bagaimana caranya.Di sini
ia menyamarkan kurangnya pengetahuan yang dimiliki dengan penolakan. Untuk hal
seperti ini sebagai atasan dituntut untuk mengetahui secara detil di bagian
mana ketidaktahuannya tersebut. Setelah kita mengetahui, maka kita bisa duduk
di sampingnya untuk bersama-sama menyelesaikan bagian yang tidak ia ketahui
tersebut. Setelah itu berikan dorongan agar ia konsisten bekerja dengan cara
tersebut.
3. Karyawan memandang dirinya sebagai pribadi yang memiliki jiwa
bebas yang tidak bisa direpotkan oleh keharusan-keharusan yang dibuat oleh
perusahaan atau atasan.
Untuk karakter pribadi seperti ini, sebaiknya kita mengajaknya
bicara, sampaikan apa konsekuensi dari tindakan bebasnya terhadap karyawan-karyawan
yang lain, apa konsekuensinya terhadap kinerja perusahaan. Jika perubahan belum
tercipta, maka pribadi seperti ini sebaiknya dikeluarkan dari tim supaya tidak
mengganggu kinerja rekan-rekannya yang lain dan kinerja tim.
Karyawan yang mengabaikan SOP, pada dasarnya disebabkan oleh 2
faktor yaitu karena ia tidak tahu bagaimana melaksanakan prosedur kerja atau
karena ia tidak mau melaksanakan.
Untuk yang pertama bisa diatasi dengan pelatihan; sedangkan
untuk yang kedua dengan cara coaching.
Apabila coaching yang benar sudah dilakukan dan karyawan belum
mau berubah, sebaiknya karyawan tersebut dikeluarkan dari perusahaan sebelum
merugikan perusahaan lebih jauh lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar